Tuesday, April 8, 2014

Cerpen Horror: TOILET HANAKO SAN

Cerpen Horror 

TOILET HANAKO SAN


Megumi menarik rambut Atsuko dengan keras dan  membuat gadis itu tegadah kesakitan. Dua teman Megumi menertawakan kesakitan yang di derita Atsuko, gadis terlemah yang selalu menjadi sasaran mereka. Ketiga gadis yang selalu ingin di pandang cantik itu tertawa terbahak-bahak. Senang.
“Masukkan dia kedalam, Megu-Tan!” perintah salah satu kawannya pada Megumi.
“Jangan, aku mohon. Jangan masukkan aku kedalam!” Atsuko meronta lagi. Kali ini benar-benar membuat  perlawanan. Berusaha melepaskan diri dari Megumi dan kedua kawannya. “Megu-Chan. Aku takut.”
“Sama. Aku juga takut. Kalau begitu ketuk pintunya dulu. Agar kau bisa memastikan. Didalam sana ada Hanako San atau tidak,” ledek Megumi.
“Tidak, jangan!”
Tanpa ampun Megumi menyeret dan memasukkan Atsuko kedalam toilet tua yang sudah di tutup oleh pihak sekolah. Jeritan Atsuko tidak di dengar mereka. Setelah Atsuko masuk dengan dipaksa kedalam toilet tua itu, Megumi dan dua kawannya langsung menutup pintu dan menguncinya dari luar.
“Tapi Megu-Tan. Bagaimana kalau dia mati ketakutan didalam?” tanya salah satu kawannya.
 “Kecoa seperti Atsuko harus di beri pelajaran  karena dia sudah berani mendekati Yuji Kun. Di tambah lagi, aku memang ingin dia mati pelan-pelan.” Senyumnya langsung sinis. Megumi melihat kedua temannya sedikit khawatir.  “Dia tidak akan  mati. Aku sudah  bilang, dia itu sama dengan kecoa. Kotor, menjijikkan, tapi dia bisa bertahan hidup sangat lama. Dan dia hanya cocok berada di toilet. Bukan berada di sisi Yuji Kun.”
Dua temannya bergidik ngeri mendapati Megumi yang bersikap sangat dingin. Tidak salah jika  dia di kenal sebagai ‘Gadis Balok Es’. Benar-benar dingin dan beku. Megumi berteriak diluar pintu. Mengucapkan selamat tinggal  pada Atsuko dan disambut dengan tawa terkikik dua temannya. Didalam, Atsuko sudah berteriak histeris. Ketakutan.
Mereka pergi meninggalkan tempat itu.  Tapi belum jauh mereka berjalan, seseorang menabrak mereka dan membuat baju Megumi terciprat air kotor.
“Apa yang sudah kau  lakukan, Keiko Chan?!” dengan Marah Megumi berkacak pinggang . Badannya menjadi bau.
 “Maaf, Megu-Tan. Aku tidak sengaja. Tapi kalau kau tidak segera membersihkan seragammu. Bisa-bisa kau bau. Ini air kotor untuk praktek di laboraturium.”
Dengan geram Megumi langsung meraih kerah baju  Keiko dan membuat gadis kecil itu memandang wajahnya. “Aku akan membunuhmu juga, sama dengan Atsuko yang ada didalam sana. Tapi nanti, setelah aku membersihkan badanku,” bisik Megumi dengan geram.
Wajah Keiko sudah pucat pasi. Megumi tidak pernah menyalahi perkataannya. Sudah banyak anak di Teiko Gakuen yang menjadi korbannya. Di bully. Tapi sayangnya, prestasi bagus megumi dan pengaruh ayahnya yang selalu menjadi donatur tetap di sekolah, membuat Megumi menjadi gadis superior dan tidak ada satupun guru yang percaya jika Megumi sering menyiksa teman-temannya. Bahkan adik-adik kelasnya.
Dua tahun lalu, saat dia masih duduk di kelas satu. Dia pernah membuat senpainya yang ada di kelas tiga mati bunuh diri dari atap gedung sekolah. Semua karena Megumi yang sangat membenci gadis itu, karena sudah berani mendekati Yuji-Kun. Murid laki-laki yang sudah menjadi incaran Megumi sejak tahun pertama masuk SMU. Si tampan yang populer.
Keiko adalah salah satu di antara korban-korbannya. Tapi sepertinya tahun ini Megumi sengaja menyerang Atsuko habis-habisan. Karena dengan terang-terangan  ketika Valentine,  Miyamoto Yuji menyatakan perasaannya pada Atsuko Honda dan  saat  White Day tiba, mereka mulai mendeklarasikan diri sebagai sepasang kekasih. Megumi tahu itu. Dia cemburu.
“Atsuko Chan, kau  baik-baik saja?” tanya Keiko dari luar pintu begitu keadaan sudah sepi.
“Keiko! Keiko, kumohon tolong lepaskan aku. Aku takut...”
Keiko mengerutkan keningnya. Merasa miris dan kasihan. Baru  dua bulan Atsuko berkencan dengan Yuji, tapi nasibnya sudah sangat buruk di tangan Megumi.
“Keiko, aku takut ada hantu Hanako,” kata-kata Atsuko mulai melemah dan tangis menyertainya. “Keiko, tolong aku, cepat!”
“Tenanglah, Atsuko Chan. Hantu Hanako bukan hantu yang jahat. Dia tidak akan menakutimu. Dia baik.”
“Tetap saja aku takut. Tolong panggilkan Yuji kun. Aku mohon bukakan pintunya...”
Keiko terdiam di luar pintu. “Aku paham,” jawabnya lemah.

Keiko berjalan menyusuri lorong lantai tiga dan menuju kelasnya yang ada di lantai dua. Tapi belum sampai dia menaiki anak tangga, sebuah tangan merengkuhnya dari belakang dan menyeretnya masuk ke dalam kamar toilet perempuan. Mulutnya di bekap oleh sosok yang lebih besar badannya dari dia. Meskipun Keiko meronta, dia tidak di lepaskan. Tapi begitu sudah berada di dalam kamar kecil, badannya di lempar hingga terpental ke tembok, lalu dia jatuh terduduk di bawah wastafel. Belum selesai dia memahami apa yang terjadi, seseorang sudah menuangkan cairan dalam botol kebadannya. Bau busuk menyeruak dari tubuhnya begitu air itu membasahi badannya.
 “Megu-Tan. Aku mohon keluarkan Atsuko Chan!”
Megumi mengerutkan alisnya. Merasa heran, sekaligus aneh. “Kenapa hari ini kau banyak membantahku? Padahal biasanya kau seperti anjing pengikut yang selalu mengekor di belakang Atsuko dan Yuji Kun.”
“Atsuko Chan itu temanku!”
“Benarkah? Kalau begitu coba  lepaskan sendiri saja,” jawab Megumi dengan tawa berderai yang di ikuti oleh kedua temannya. “Kalau kau mengatakan ini pada Yuji Kun, aku akan membunuhmu!” ancamnya dengan nada serius.
Sudah kedua kalinya dalam satu hari ini dia menerima ancaman itu. Keiko mulai merasa harus waspada. Jika tidak, selain Megumi yang akan mewujudkan kata-katanya. Pasti Keiko juga akan di keluarkan dari sekolah ini. Megumi bisa melakukan apapun. Bahkan membunuh tanpa senjata sekalipun.

Cklack!
Atsuko mendapati sosok itu begitu menyilaukan dan berwibawa. Dia langsung menubruk orang yang sudah membukakan pintu toilet itu untuknya setelah jam sekolah berakhir. Tapi sosok yang di peluknya tidak memberikan reaksi. Hanya mematung. Di tanganya terjulur sebuah botol air mineral dan langsung di serahkan pada Atsuko.
“Minumlah, kau pasti haus.”
Tanpa banyak bicara, Atsuko langsung meneguk minuman itu . Tapi belum sampai minumannya habis, terdengar suara gaduh di luar yang berasal dari ujung lorong.
“Megumi...” bisik Atsuko.
“Kalau begitu cepat masuk ke bilik sana. Dia pasti akan kesini dan memastikanmu masih ada di dalam atau tidak.”
“Tapi, bukannya akan lebih baik kalau kita cepat kabur?”
Tidak ada jawaban. Orang itu mendorong Atsuko hingga masuk ke dalam bilik keempat toilet, kemudian merebut botol minuman yang di berikannya pada Atsuko. Lalu dia cepat-cepat keluar dari toilet dan kembali menguncinya dari luar. Sebelum tiga gadis superior itu sampai di toilet, orang itu secepat kilat menyelinap masuk ke dalam ruangan kelas yang sudah kosong di dekat kamar mandi.
Suara berisik tiga gadis itu menggema sekali lagi. Terdengar suara gembok yang di buka. Pintu berderit dan ketiga gadis itu masuk.  Orang tadi buru-buru keluar dari kelas dan berlari tanpa suara meninggalkan sekolah.
***

“Keiko-chan, apa kau melihat Atsuko?”
Pagi-pagi sekali Yuji Kun sudah menunggu Keiko di depan sekolah dan menghampiri gadis itu saat baru saja sampai. Keiko menggeleng dan berjalan secepat mungkin mendahului Yuji.
 “Keiko-chan. Bisa bicara sebentar?”
Keiko dan Yuji sama-sama menoleh ke satu arah. Mamoru Sensei. Wali kelas Keiko dan Atsuko. Dengan langkah gontai Keiko mengikuti Mamoru Sensei yang menggiringnya. Awalnya Keiko berpikir kalau dia akan di bawa ke ruang Guru, tapi ternyata dia di ajak  menepi di samping sekolah dan berbicara berdua saja.
“Semalam Ibu Atsuko meneleponku. Dia bilang kalau anaknya pulang dalam keadaan  kacau balau. Tapi tadi pagi dia telepon lagi, katanya anaknya sudah tidak ada di tempat tidur. Padahal semalam dia menunggui anaknya tidur di kamarnya. Dia sangat khawatir dengan keadaan Atsuko-chan,” terang Mamoru Sensei. Keiko tidak menyahut. Tangannya meremas tas dengan sangat erat.  “Apa kau tahu  hal apa yang sudah terjadi pada Atsuko? Ibunya bilang, kemarin sore dia pulang dan mengatakan hal yang janggal.”
“Janggal?” Keiko nampak bingung.
“Aku juga tidak begitu jelas. Ibu Atsuko bercerita seperti melompat dari cerita satu ke cerita yang lain. Dia juga menyebutkan bahwa Atsuko pulang karena kebaikan dari Hanako San.”
Mata Keiko langsung terbelalak kaget. “Ha-Han-Hanako... San?” gagapnya. Bibirnya langsung bergetar. Tapi detik berikutnya, mendadak kepalanya langsung tegak.  “Sensei, aku rasa kita harus cepat kesana!”
“Kemana?”
“Ke Toilet lantai tiga!” dengan tak sabar Keiko menggandeng tangan gurunya dan berjalan cepat menuju ke lantai tiga gedung sekolah.
Nafas mereka terengah-engah menaiki anak tangga menuju ke lantai tiga. Ketika berada di lantai dua, mereka berpapasan dengan  Yuji yang akan berbelok ke kelasnya. Tapi begitu melihat Mamoru Sensei dan Keiko  terburu-buru. Dia langsung menghadang mereka.
Keiko menjelaskan apa yang sudah di ceritakan mengenai telepon Ibu Atsuko pada Mamoru Sensei dan perilaku aneh Atsuko kemarin sore.
“Cerita tentang hantu Hanako itu, apa kalian mempercayainya?” tanya Keiko begitu mereka bertiga berhadapan. “Dia hanya akan datang  jika di panggil. Tapi menurut mitos juga, banyak anak yang hilang jika masuk ke toilet di lantai tiga dan dibilik keempat. Aku tidak tahu apakah Atsuko masuk kesana. Tapi yang jelas, kemarin aku melihat Megumi dan dua temannya mengunci Atsuko disana.”
“Anak yang hilang itu akan kembali ke rumahnya ketika sore. Tapi kemudian dia akan menghilang lagi keesokan harinya,” sambung Yuji dengan bergumam. “Tapi apa yang sudah di lakukan Atsuko sampai Megumi mengurungnya?”
“Jika kau tahu tabiat asli Megumi, mungkin kau akan tahu penderitaan macam apa yang sudah di timbulkannya pada Atsuko. Semua itu karenamu. Karena dia menyukaimu!”
“Tunggu, kalian ini bicara apa?” Mamoru Sensei menengahi pembicaraan Keiko dengan ekspresi bingung. “Keiko-chan, kau tahu sesuatu. Ceritakan lebih dulu!”
Mata Keiko memandang ragu ke arah Yuji dan Mamoru Sensei. “Kemarin, aku tidak sengaja melihat Atsuko di masukkan oleh Megumi dan dua temannya kedalam toilet di lantai tiga.  Aku tahu karena aku tidak sengaja menyiram seragam Megu-Tan dengan air  kotor untuk praktek biologi. Aku ingin menolong Atsuko Chan. Tapi sayangnya saat aku akan memanggil guru piket, malah aku disiram balik oleh Megumi dengan air kotor yang sama. Badanku basah semua dan aku terpaksa harus membersihkan diri dulu.”
“Setelah itu kau tidak menolong Atsuko? Kenapa kau tidak meneleponku? Aku masih menunggu Atsuko sampai jam tiga di taman dekat sekolah!” omel Yuji dengan gusar.
“Aku pikir waktu itu sudah ada yang menolong Atsuko. Karena itu aku  pergi lebih dulu. Ada seseorang yang masuk ke toilet, aku pikir itu guru piket. Meskipun aku  tidak melihatnya secara jelas dari kejauhan, tapi sepertinya pintu toilet sudah terbuka. Aku tidak bisa mendekat, karena gerombolan  Megumi tiba-tiba datang. Setelah itu aku tidak tahu lagi apa yang terjadi. Aku juga tidak memastikan apa yang terjadi kemudian.”
“Kenapa kau tidak memastikannya, Keiko Chan?” tanya Mamoru Sensei.
“Aku tidak mau berurusan dengan Megumi lagi, Sensei. Karena dia sudah dua kali mengancam akan membunuhku  kalau aku nekat ikut campur urusannya lagi,” keluh Keiko dengan lemah.
“Tunggu, jadi maksudmu...” Yuji mulai berkutat dengan pikirannya.
“Jangan-jangan Atsuko... tidak mungkin!” Mamoru Sensei langsung berlari lebih dulu menuju ke kamar mandi lantai tiga.
Mereka bertiga langsung melesat  menuju  ruang kamar mandi yang sudah tidak terpakai lagi disana. Pintu itu masih sama seperti kemarin. Terkunci. Bibir Keiko mulai bergetar. Badannya tiba-tiba dingin dan darah seolah surut dari wajahnya. Pintunya masih terkunci. Feelingnya mulai terasa aneh dan tidak enak.
Yuji mengajak Mamoru Sensei untuk mendobrak pintu itu. Tapi Keiko menyarankan agar membuka pintu itu dengan kunci. Dengan badan gemetaran, Keiko mengetuk pintu kamar mandi yang terkunci itu sebanyak tiga kali.
“Hanako San, apa kau ada di dalam?” tanya Keiko dengan  getar suara  ketakutan dan ragu.
“Kau bodoh, ya? kenapa bertanya pada hantu? Memangnya dia bisa membukakan pintu dari dalam?!” bentak Yuji dengan kesal. “Pacarku ada didalam dan kita tidak tahu apa yang sudah terjadi dengannya!”
“Tunggu disini, biar aku mengambil kunci dari guru piket,” ujar Mamoru Sensei seraya berlari meninggalkan Keiko dan Yuji berdua.
“Aku benci menunggu!” dengan tak sabar Yuji mencoba mendobrak pintu kamar mandi itu dengan sekuat tenaga. Keiko menahan agar Yuji tidak sampai menyakiti dirinya sendiri. Tapi karena pintu itu sudah tua, akhirnya ada salah satu engsel yang copot. Keiko dan Yuji berseru senang. Mereka berdua langsung membuat inisiatif untuk mendobrak pintu itu sekali lagi. Kali ini terbuka. Pintu itu rusak.
“Tapi Yuji-Kun, bagaimana kalau Hanako-San  marah karena pintu kamar mandi ini kita rusak?” tanya Keiko dengan ragu-ragu di ambang pintu.
“Kau lebih peduli dengan pintu itu atau temanmu?”
Seolah tidak memedulikan  Keiko, Yuji lantas berjalan menuju bilik kamar mandi dan di bukanya pintu  itu satu persatu. Saat berada di depan bilik keempat, pintu itu sedikit susah di buka hingga dia perlu untuk mendorongnya. Saat pintu terbuka, Yuji langsung terjatuh lemas di tempat. Keiko segera menghampiri murid laki-laki paling populer di sekolahnya itu.
“Yuji-kun ada ap— ” Keiko lemas. Perutnya langsung teraduk. Ingin muntah, tapi yang keluar dari mulutnya kemudian malah sebuah teriakan yang kencang dan nyaring. “Atsukooo...!!!”
Seorang murid perempuan dengan seragam  lusuh dan kumal kekuningan  terbujur kaku seraya memegangi lehernya. Posisinya sedikit ganjil dengan kaki terlentang dan kepala yang masuk ke lubang toilet. Kulitnya pucat. Badannya kaku. Rambutnya menutupi seluruh mukanya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan disana. Sepatunya berserakan. Murid perempuan  itu sepertinya sudah mati sangat lama. Atsuko mati dengan cara yang tidak wajar.
***

Esoknya, Megumi menjalani pemeriksaan oleh Polisi yang mendatanginya ke sekolah. Terkait dengan  kematian Atsuko yang berada di tiolet lantai tiga. Mayat Atsuko tidak segera di makamkan, tapi menjalani autopsi lebih dulu. Meskipun gossip tentang hantu Hanako-San  sudah beredar dengan cepat keseluruh penjuru sekolah, tapi tetap saja pihak kepolisian dan keluarga Atsuko memeriksa kematiannya.
Setiap anak yang lewat di depan toilet itu tidak berani menoleh. Biasanya juga seperti itu. Bahkan sebelum toilet itu di nyatakan rusak sekalipun, tidak ada anak yang berani masuk kesana. Mereka tahu sejarah dari gedung sekolah yang mereka tempati itu. Sebuah gedung tua yang sudah di pugar belasan kali setiap tahunnya. Dulunya gedung itu adalah bekas Sekolah Dasar yang pernah mengalami kebakaran di tahun 1987. Hingga kemudian gedung itu di pugar, lalu berubah menjadi sekolah SMU baru.
Meskipun kasus kematian di dalam  toilet Teiko Gakuen baru pertama kali, tapi kasus kematian di Teiko Gakuen yang melibatkan anak kelas 3-B bukan kali pertama. Disekolah itu, sudah ada enam kali kasus kematian. Mulai dari kasus bunuh diri dari atap gedung, tenggelam di kolam renang sekolah, hingga kematian Atsuko.
Ditoilet lantai tiga itu, terpasang garis polisi sebagai pembatas dan  penanda bahwa tempat itu sedang dalam pemeriksaan. Keiko, Yuji dan Mamoru Sensei juga tidak lepas dari pemeriksaan saksi.
***

Sesorang murid laki-laki berbadan tinggi dan tampan memaksa masuk toilet kumuh dan kotor yang sudah lama tidak terpakai itu. Sebisa mungkin badannya yang  ramping tidak menyentuh garis polisi. Langkah kakinya berjalan pelan tanpa sepatu. Hanya menggunakan kaus kaki. Tampangnya  kaku. Akan tetapi dalam  hatinya menertawai apa yang baru saja terjadi di toilet ini. Seorang gadis mati konyol. Di dalam toilet. Pacarnya.
Dengan pelan dan cermat tangannya mengambil sesuatu dari dalam kantungnya. Sarung tangan. Setelah mengenakan benda itu, dia langsung menuju ke arah wastafel dan membuka saluran pipanya. Senyumnya sedikit mengembang begitu mendapati pipa itu tidak ada tanda-tanda dibuka oleh orang lain.
Dua butir kapsul bersarang didalam pipa itu. Sianida. Langsung dimasukkannya kapsul-kapsul itu dengan hati-hati kedalam plastik. Kemudian dimasukkannya kedalam  saku dengan sangat teliti. Setelah mengembalikan pipa wastafel dalam kondisi semula, dia langsung beranjak ke bilik toilet paling ujung. Nomor empat.
Tok, tok, tok!
“Hanako-San, apa kau ada di dalam?” tanya murid tampan itu dengan suara sepelan dan senyaring mungkin.
Terdengar suara air menyala dan masuk kedalam lubang toilet. Murid itu berdiri kaku seketika di luar pintu. Senyumannya sirna. Sosok anak kecil dengan pakaian serba putih dan kepala penceng  dan pecah penuh darah yang lengket di rambutnya, berdiri di depan bilik pertama dengan menatap lurus ke mata murid tadi.


“Maaf mengirimimu teman tanpa ijin. Aku hanya ingin mengurangi penderitaannya. Karena pacaran denganku, dia menjadi sasaran Megumi. Setidaknya jika dia mati, maka Megumi juga bisa belajar untuk bertanggung jawab dengan semua kesalahannya selama ini. Tapi mungkin lain kali akan giliran Megumi yang aku kirim untuk menjadi temanmu.”

Sosok anak kecil penuh darah  dan berbau anyir itu tidak bereaksi. Hanya memandang Yuji dengan dingin di balik rambut lepek dan mata gelapnya.

-----END-----


No comments:

Post a Comment