Thursday, November 21, 2013

VIOLEY 1 : JOLIE - "VENUS SAGA" - Epilogue

EPILOG



R.S. Cipto. 09 Februari 2011 : 11.56 WIB

Jol tidak bisa berhenti memandang sosok mungil berjenis kelamin laki-laki yang ada di kotak inkubator itu. Si kecil itu masih belum bisa membuka mata. Bibirnya masih kelihatan mungil dan merah. Pipinya merah. Rambutnya tebal dan hitam. Dia sehat. Berat badannya tiga kilo enam ons. Jol terus saja menggeleng-gelengkan kepalanya begitu melihat bayi itu. Merasa luar biasa dan sangat beruntung.
“Namanaya nanti Andries Devian Camlo.” Gumam Jol sambil memandang ke arah Reta yang ada disampingnya.
Reta tersenyum ke arah Jol. “Ada artinya?”
“Andries itu nama anak laki-laki yang umum di gunakan di Belanda. Devian itu... aku cuma pengen dia punya salah satu nama Indonesia. Karena Camlo adalah nama keluargaku. Tanteku juga punya nama Camlo di belakangnya. Akan sangat janggal kalau dia nggak punya nama Camlo.”
Reta memeluk lengan Jol dengan lembut. “Thanks. Nggak nyangka kalau akhirnya bisa seperti ini.”
Jol mengusap lengan Reta. “Aku yang banyak-banyak terima kasih ke kamu. Karena sekarang aku akan jadi Popi. Aku harap Andries nanti akan memanggilku begitu.”
“Popi?”
Jol tertawa kecil. “Papi, sayang...”
Tatapan Reta jauh menerawang. Memandang bayinya yang dilahirkannya kemarin. Sosok mungil itu seolah tidak terpengaruh dengan dunia luar. Tapi sesekali kepalanya bergerak-gerak seolah menyadari kehadiran Ibunya. Pandangan Reta beralih ke arah Jol dan memandang Jol dengan lembut. Tanpa Jol, dia tidak akan bisa menatap anaknya itu seperti saat ini.
“Apa nanti dia akan baik-baik aja?” tanya Reta dengan tatapan kosong.
“Kenapa?” tanya Jol balik dengan kening berkerut. Bingung.
“Apa dia nanti akan tumbuh normal?”
Jol menggenggam erat telapak tangan Reta. Seolah berusaha meyakinkan ‘istrinya’ itu dengan sungguh-sungguh. “Dia anakku. Meskipun dia di adopsi Tante, tapi bukan berarti kalau  Tante yang akan merawatnya. Tapi kita. Bukannya rencana dari awal memang seperti itu?”
Reta menggeleng cepat. “Bukan. Tapi maksudku—Andries nanti ketika sudah mengerti, apa tidak apa-apa saat sadar bahwa dia punya dua Ibu?” tanya Reta ragu-ragu, takut menyinggung Jol.
Di luar perkiraan, Jol malah memeluk Reta dengan hangat. “Andries akan tumbuh seperti anak normal yang lain. Aku akan benar-benar berperan sebaagai Ayah. Jadi kamu jangan takut,” kata Jol meyakinkan. “Di kebanyakan negara maju, anak-anak yang di di besarkan dari sepasang orang tua homoseksual lebih baik perkembangannya daripada anak-anak yang di besarkan dari keluarga heteroseksual.”
Reta menyusup dalam pelukan Jol makin dalam. Dia berusaha meyakinkan diri bahwa masa depan anaknya nanti akan baik-baik saja. dia dan Jol akan memberikan apapun untuk Andries. Yang menjadi harapannya dengan Jol ketika anak itu lahir adalah, semoga Andries kelak tidak akan tumbuh seperti Vino. Ayah biologisnya.
Semenjak Reta tinggal di Bangkok bersama Mama Jol, dia benar-benar menikmati hidup seperti seorang turis. Meskipun Jol kadang tidak menepati kata-katanya untuk mengunjunginya di Bangkok selama seminggu sekali. Tapi Jol selalu datang dua minggu atau tiga minggu sekali. Reta tidak mempermasalahkannya, karena di Bangkok banyak sekali yang bisa dia nikmati. Berjalan-jalan dengan Mama Jol, bahkan Reta seolah tidak bisa membedakan dirinya sedang ada di Jakarta atau di Bangkok. Rasanya persis sama.
Selama dia tinggal disana dan Jol datang mengunjunginya. Jol tidak akan pernah membahas mengenai Vino. Sesekali Reta juga menghubungi Vino atau Avi dan menanyakan mengenai Vino yang ternyata sudah tidak pernah lagi muncul di hadapan mereka. Hanya dua minggu setelah kepergiannya ke Belanda bersama Jol. Aju dan Avi menerima terror di Violey. Bahkan Aju sempat cerita bahwa Violey sempat tutup selama tiga minggu karena terror itu yang menyebabkan pelanggannya pergi.
Hampir saja hak ijin usaha cafe itu di cabut pemerintah gara-gara ada yang menyebarkan isu bahwa Violey adalah Gay Cafe. Sama seperti Gay Bar. Tapi setelah Jol turun tangan dan bisa membuktikan cafenya bersih, setelah itu sudah tidak ada kejadian sama yang terulang.
Reta melirik ke arah Jol. Pasti ada yang sudah di lakukannya. Hingga Vino diam dan tidak melakukan perlawanan. Tapi aku tidak peduli dengan apa yang di lakukannya meskipun dia membunuh Vino sekalipun. Aku tidak peduli.
Jol melemparkan pandangannya pada Reta. “Arai?”
Reta menggeleng pelan. Aku nggak akan pernah bertanya.
Ka heeu kao mai?” tanya Jol penasaran.
Lagi-lagi Reta menggeleng. “Pom chan im leu ka.” Jawabnya sambil tersenyum.
Jol tersenyum lebar. Istrinya itu sekarang sudah bisa lancar menggunakan bahasa Thailand dengan baik. Jol makin memeluk erat bahu Reta. Mereka masih berdiri di luar ruangan dengan kaca yang lebar dan memperhatikan anak mereka sedang istirahat dengan nyaman dalam inkubator.

-----END JOLIE-----


Homophobia : perasaan takut pada orang-orang homo
Arai? : apa?
Ka heeu kao mai? : kamu sudah makan?


Pom chan im leu ka : aku sudah makan

No comments:

Post a Comment